Minggu, 26 Agustus 2007

Sejarah Berdirinya WIHDAH

Sejarah Berdirinya WIHDAH-PPMI

Muqoddimah
Dari tahun ke tahun, peran dan fungsi mahasiswi Indonesia di Kairo sering dipertanyakan; bahkan tidak jarang cibiran remeh yang bertujuan untuk lebih memarjinalkan posisi perempuan kian bermunculan; terlebih ketika tuntutan untuk lebih optimal dalam memberdayakan mahasiswi yang sama-sama mengemban amanat besar dalam mewarnai Indonesia baru semakin nyaring digaungkan. Memposisikan mahasiswi selangkan lebih maju adalah harapan dan keinginan kita bersama.

WIHDAH-PPMI adalah satu-satunya organisasi di Kairo yang beranggotakan khusus mahasiswi. Didirikan pada tanggal 23 Januari 1989 dibawah kepemimpinan saudari Ellywarti, dua tahun setelah berdirinya HPMI (sekarang PPMI). Yang berdiri pada tanggal 6 November 1987. Sebagaimana lazimnya sebuah organisasi dalam berdinamika ditengah maraknya pluralitas berorganisasi di Kairo, WIHDAH-PPMIpun mengalami fluktuasi. Namun semangat para aktifis WIHDAH-PPMI tidak akan pernah layu meskipun permasalahan yang dihadapi bertambah kompleks.

Wihdah Dalam Kacamata Sejarah
"Women have moved from bedroom to boardroom". Tampaknya adigium yang tepat untuk dilekatkan kepada mahasiswi Indonesia saat itu yang telah menemukan kesadaran dan anisiatif positif untuk lebih memberdayakan potensi wanita daripada sekedar pelengkap organisasi yang berfungsi untuk mengurusi hal-hal keputrian dengan tugas identik sebagai bagian konsumsi dalam setiap acara ataupun kegiatan. Keinginan untuk 'tidak selalu mengekor' kepada mahasiswa ini semakin bulat didukung dengan bertambahnya kuantitas serta kualitas mahasiswi setiap tahunnya yang secara tidak langsung menuntut untuk diciptakan suatu wadah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas intelektual dan sumber daya wanita yang memilki tugas sejajar dengan kaum pria dalam membangun dan berjuang bagi agama, nusa dan bangsa.

Selain alasan diatas, sejak masa awal berdirinya HPMI, timbul dua sudut pandang yang kontradiktif di kalangan mahasiswi. Pertama; memandang bahwa ikhtilat dengan kaum pria tidak diperbolehkan sama sekali sehingga menimbulkan rasa segan untuk mengikuti bermacam bentuk aktivitas yang diselenggarakan oleh Organisasi Kemahasiswaan (baca; HPMI) kala itu. Kedua; memandang bahwa ikhtilat dengan kaum pria selama bernilai positif tidaklah menjadi satu persoalan; sehingga hanya merekalah yang aktif dalam mengikuti kegiatan yang digelar. Fenomena yang timbul di lingkungan intern mahasiswi inilah yang selanjutnya memberikan inspirasi untuk mendirikan satu organisasi 'WIHDAH' yang selalu menjadi idaman para mahasiswi Indonesia yang menuntut ilmu dinegeri seribu menara ini. Nama 'WIHDAH' yang mempunya arti 'persatuan', sengaja diambil dengan harapan dengan didirikannya, mampu menyatukan dua golongan diatas.

Posisi Struktural WIHDAH-PPMI
Kelahiran WIHDAH diakui secara organisatoris sebagai Badan Otonom HPMI . Namun pada tanggal 18 Oktober 1996, WIHDAH berganti posisi menjadi Badan semi Otonom PPMI dan kembali menjadi Badan Otonom PPMI pada tahun 1998 sampai pada saat ini.

Meski pada dasarnya hal tersebut hanya pada semacam formalitas structural akan tetapi perlu diingat bahwa dalam istilah otonomi kekuasaan terletak pada operasional kerja yang lebih mendekati independensi; berbeda dengan semi otonom yang lebih mengedepankan keleluasaan wewenang atu dengan katan lain, Semi Otonom lebih mendekat kepada inter-dependensi (kesaling-tergantungan).

WIHDAH-PPMI; Wahana Tepat Aplikasi Diri Mahasiswi Menuju profesionalisme diri menjadi 'Insan Kamil' -seperti yang diamanatkan Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi "kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnasi ta'muruuna bilma'ruufi wa tanhauna 'anil munkar"- tidak akan datang secara tiba-tiba. Semua itu membutuhkan proses pembekalan dan latihan yang harus dilalui demi menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan juga memantapkan segala kemampuan diri yang dimiliki setiap mahasiswi. WIHDAH-PPMI adalah wadah yang menampung aspirasi mahasiswi Indonesia di Kairo yang memberikan porsi dan kesempatan paling banyak kepada para mahasiswi untuk menjadi 'pemain utama' dalam mengimplementasikan seluruh gagasan dan ide mereka.

Sejak berdirinya, WIHDAH telah memberikan nuansa tersendiri bagi mahasiswi dengan segala upayanya dalam menggelar berbagai aktifitas yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan mahasiswi yang merupakan penterjemahan dari 4 tujuan didirikannya WIHDAH sebagaimana yang termaktub dalam Anggaran Dasar WIHDAH-PPMI Pasal 7 yakni :
1. Meningkatkan kualitas muslimah yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, beramal sholeh dan amr ma'ruf nahi munkar.
2. Membina kader-kader putri agar mampu berperan aktif dalam mengabdi untuk bangsa, Negara dan agama
3. Meningkatkan intelektualitas, kreatifitas dan keahlian anggota.
4. Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota.
Dalam toga kerangka tujuan diataslah, para pengurus WIHDAH-PPMI selalu berusaha keras untuk merealisasikan berbagai program yang kemudian dijabarkan dalam 6 bidang garapan, yaitu : Intelektual, Kerohanian, Organisasi, Minat dan Bakat, Sosial dan kesejahteraan serta publikasi dan penerbitan.

Wanita adalah mitra pria yang dituntut untuk mengembangkan diri secara leih baik dalam sisi spiritual, intelektual, keterampilan maupun sosial, terlebih lagi jika kita sama-sama menyadari amanat dan tugas yang akan kita emban ketika kembali ke tanah air yang akan dituntut oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk lebih banyak berkiprah dan berda'wah mulai dari tingkat diri sendiri, keluarga maupun masyarakat nasional bahkan internasional.

Semua inilah yang sebenarnya memberikan kita kesadaran akan pentingnya mempertahankan eksistensi WIHDAH-PPMI dan kebutuhan kita terhadap WIHDAH-PPMI karena peningkatan kemampuan pribadi seorang muslimah ternyata tidak cukup hanya berbekal materi kuliah tanpa ada latihan dan upaya beraktifitas di organisasi kemahasisiwian.

Penutup
Kurang lebih delapan belas tahun sudah, WIHDAH-PPMI turut serta mewarnai dinamika Kairo, gagasan dilemparkan, aktifitas digelar demi mewujudkan cita-cita bersama. "change is constant" demikian slogan perubahan yang sering didengungkan. Namun dibalik semua itu yang terpenting adalah bagaimana kita mengikuti arus perubahan itu sendiri. Karena kita adalah 'agent of change' maka kita diharapkan mampu membawa perubahan menuju perbaikan dimasa depan dan bukan hanya sekedar mengikuti arus perubahan itu sendiri/taqlid buta

Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa masa depan WIHDAH ada ditangan kita semua. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Akankah kita membawanya menuju tujuan bersama ataukan kita hanya bisa mengikuti arus angin bertiup ? ------------------------------



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda